Kamis, 12 Maret 2009

Mama, Rio Minta Maaf

“ Bu, Alhamdulillah Rio sudah pinter, nggak suka nendang pintu lagi “ ujar Wiji Sulastri ibunda Aditya Rio Pratama salah seorang anak di Rumah Autis Tangerang, dengan mata berkaca-kaca. Ditengah himpitan krisis ekonomi global yang membayangi pabrik tempat suaminya bekerja, masih ada secercah sinar bagi ibu Wiji. Rio putra sulung kesayangannya yang menyandang Retardasi Metal karena Meningitis.

“Mas Yo” begitu panggilan kesayangan kami buat Rio, adalah anak normal yang kemudian mengalami kemunduran perkembangan akibat meningitis yang dideritanya pada umur 2 tahun. Mas Yo sekarang berusia 10 tahun dengan badan yang “bongsor” tinggi Mas Yo sudah 158 cm lebih tinggi dari bu Dewi kepala bagian terapi kami . Namun perkembangan mentalnya masih harus dibina. Mas Yo juga sering mengamuk bila kemauannya tidak dipenuhi. Entah sudah berapa kali pintu kamar Rio jebol ditendangnya saat ngamuk.

Rio sebenarnya menyimpan cita cita bisa sekolah di SD Inpres seperti teman teman bermainnya. Dua bulan yang lalu setelah setahun Rio diterapi di Rumah Autis Tangerang sebenarnya Rio sudah siap masuk program Inklusi , sayang sekolah tempat Rio menjalani program inklusi ternyata belum menjelaskan tentang inklusi kepada orang tua murid yang lain sehingga Rio pun diboikot oleh seluruh anggota komite sekolah. Anak anak mereka tidak diijinkan masuk sekolah bila Rio tidak dikeluarkan. Akhirnya Rio pun harus keluar.

Tak terbayang remuk redam hati bu Wiji dan betapa mendalam kekecewaan Rio. Rio ngambek tidak mau lagi bersekolah, bahkan di Rumah Autis. Rio sudah terlanjur nyaman dengan sekolah barunya. Dia tidak memahami kenapa orang tua teman temannya membencinya hanya karena dia berbeda padahal Rio tidak pernah mengganggu dan menyerang teman seperti yang kehawatiran tak beralasan yang dikemukakan orang tua murid.

Susah payah Bu Siti terapisnya datang membujuk Rio di rumahnya. Kami bertekad memberikan apa yang Rio inginkan. Kami menyulap program terapi prilaku Rio menjadi pelajaran sekolah seperti yang Rio dapatkan disekolahnya dulu. Kami menamai program ABA kami dengan Keterampilan social, padahal yang kami ajarkan adalah social role model . Mas Yo masih suka ngambek tapi prilakunya jauh lebih baik, dulu Rio suka menendang pintu menghancurkan mainan, membuang baju adiknya ke tempat sampah sekarang tidak lagi hanya kebiasaan Bad mood tiba tiba yang masih tertinggal . Pemahaman terhadap nilai social pun meningkat.

Hingga suatu hari sepulang bekerja ibu wiji disambut dengan cium tangan dan pelukan hangat dari Rio seraya berkata “ Mama..Rio minta maaf suka marah marah sama mama “ ditengah keharuan dan setengah bingung bu Wiji mencari catatan harian Rumah Autis milik Rio dan mendapati tulisan “ Hari ini Rio belajar meminta maaf atas kesalahan (++)“. Ah Mas Yo sungguh kami sayang kamu. ( IESY )

0 komentar:

 
© free template by Blogspot tutorial