Senin, 07 September 2009

Tentang Fahri...

In Memoriam Fahri Fauzi, Siswa Terapi (Beasiswa) Rumah Autis Bekasi


Kedatangan dan kepulangannya menyisakan kesan berlapis-lapis.


Innalillahi wa inna ilaihi roojiuun...

Isti Munawaroh, Manajer Rumah Autis Bekasi, sejenak merasa tersentak. Berita duka yang diterimanya malam itu, Ahad (6/9), menyebabkan matanya berkaca-kaca. Fahri Fauzi (7), sosok yang sangat fenomenal dan baru dikenalnya 2 bulan ini, telah berpulang ke Surga Illahi, meninggalkannya dan meninggalkan seluruh pengurus Rumah Autis yang sangat mencintai Fahri.


“Dia sungguh membuat saya berkesan. Sejak pertama masuk, sosoknya yang terdeteksi spektrum autis dan cacat oral motorik, membuat kami semua semakin sayang kepadanya. Perkembangannya walau sebentar, sudah sangat baik. Dan ini justru memberikan dampak emosional bagi kami,” ujarnya usai melayat ke rumah duka di Gg. Langgar No. 2, RT 04/ 010 (Masjid Bendungan), Cawang II, Jakarta Timur, Senin siang (7/9).


Duka Isti dan pengurus Rumah Autis semakin dalam ketika mendengar kronologis kembalinya Fahri ke pangkuan Ilahi. Menurut Isti, pada Jumat (29/8), Ibunda Fahri, Erfa, meminta restu bagi Fahri yang akan menjalankan operasi (langit-langit & bibir sumbing) pada hari Senin (31/9). Bahkan, sang ibunda sempat menitipkan uang sumbangan untuk acara berbuka puasa wali murid yang akan diadakan esoknya, Sabtu (30/8), di Rumah Autis Bekasi.


“Namun saya berusaha menolaknya. Karena kami tahu kondisi keluarga Ibu Erfa. Bahkan dia sempat sedikit memaksa (berharap, red.), sambil mengatakan bahwa sumbangan ini akan menjadi sarana untuk memudahkan anaknya menjalani operasi,” kenang Isti yang menambahkan bahwa itu pertemuan terakhirnya dengan almarhum Fahri.


Askeskin Menyebabkan Fahri Cepat ‘Pulang’?

Operasi Fahri berjalan lancar di RS Gatot Subroto. Namun, pertanyaan bertubi-tubi yang menyesakkan dada kami, mengapa Fahri harus pulang secepat itu? Kesimpulan ‘kasar’ kami tertuju pada Askeskin. Sebab, ia seperti dipaksa ‘kalah’ oleh birokrasi di balik status Askeskin. Dan kami pun merasakan ‘kekalahan’ itu. Ya, program itu memang besar manfaatnya bagi orang-orang seperti Fahri. Tetapi lebih besar lagi ‘hambatannya’ untuk menyukseskan program tersebut?


Usai dioperasi, Senin (31/8), memang Fahri sudah ‘diperbolehkan pulang’ oleh sang dokter pada Selasa (1/9). Sungguh sebuah kejadian yang sangat tidak lazim. Sebab, lazimnya operasi seperti yang terjadi pada Fahri harus melalui masa pemulihan di Rumah Sakit setidaknya 3 hari perawatan.


“Saya tidak tahu kenapa dokter menganjurkan Fahri untuk dirawat di rumah. Kita keluarga hanya mengikuti saja,” kenang Erfa sambil berkaca-kaca.


Bahkan, pihak Rumah Sakit seperti lalai. Mereka seharusnya paham bahwa Fahri bukan hanya cacat fisik (oral), tetapi juga mengalami spektrum autisma. Dan, fatal. Fahri yang seharusnya masih dalam perawatan pascaoperasi, mendadak drop sepanjang tinggal di rumah. Suhu tubuhnya mendingin. Pendarahan pada bekas operasinya tak berhasil diatasi orang rumah yang sangat awam dengan keterampilan medis. Pendarahan itu masuk ke organ dalam dan mengakibatkan infeksi pada paru-paru Fahri.


Berpuluh jam kemudian, Fahri yang tabah bergelut dengan derita yang sulit dibayangkan tersebut, diantar kembali ke rumah sakit tempat dia dioperasi, Kamis pagi (3/9). Namun, pihak rumah sakit beralasan ruang ICU sudah penuh dan tidak bisa lagi menerima pasien. Rujuk pun diarahkan ke RS Thamrin. Sejak Kamis itu hingga Ahad (6/9), Fahri berjuang melawan infeksi yang sudah kadung kronis. Akhirnya, masa kritis Fahri pun tuntas. Allah menyudahi perjuangannya yang sangat mengispirasi itu. Pukul 18.20 WIB, Fahri benar-benar dijemput ‘pulang’ ke surga-Nya.


Selamat Jalan, Nak!

Fahri si Bunga Surgawi, siang ini kami saksikan berbaring tenang di rumah duka. Sambil menunggu sang paman kesayangannya tiba, kami berempat yang melayat, menyempatkan diri bercengkerama dengan sang ibunda. Hadir dalam setiap perbincangan itu, sosok ibunda yang tegar dan manis. Sesaat harmonisasi itu mempesonakan kami. Matanya sembab, tetapi hatinya tetap kuat dan ikhlas. Karena, betapa Fahri buah hati keduanya itu, telah meninggalkan kesan berlapis yang bukan hanya untuk diri dan keluarga besarnya, tetapi juga untuk orang-orang yang sangat mencintainya di Rumah Autis.


We love you full, Son! Sungguh berlinang kelopak mata kami melepas kepulanganmu. Dan sungguh kami semua menyayangimu...(PR)

0 komentar:

 
© free template by Blogspot tutorial