Cintanya pada anak autis seperti telaga yang tak pernah surut
Maghrib masih berdetak maju menuju peraduan Isya. Hiruk pikuk berbuka puasa sudah usai. Sepiring nasi goreng samping Rumah Autis Bekasi, yang baru saja kupesan dan baru akan kubawa masuk terhenti sesaat, ketika tiba-tiba kulihat sebuah mobil Honda Jazz memarkir mundur memasuki pelataran Rumah Autis Bekasi (Yayasan CAGAR). Kulihat dua sosok ibu berjilbab dan Rohan, karyawan/ terapis Rumah Autis Bekasi, sedang berbincang. Penasaran, aku segera masuk kantor yayasan dan kuletakkan nasi goreng yang masih mengepulkan aroma itu di atas meja kerjaku. Kubergegas keluar ruangan. Kudatangi ketiganya yang ternyata tengah bersiap mengeluarkan sesuatu dari bagasi mobil.
“Mau menaruh barang, Pak,” kata Rohan setelah kutanya ada apa.
“Iya, Mas. Saya sudah konfirmasi Pak Deka. Saya mau mengantar langsung ke sini. Sebab tanggal 12 September nanti (baksos Rumah Autis, red.), kami tidak bisa datang,” sambung salah seorang ibu menerangkan. Sementara, ibu yang satunya lagi tersenyum. Aku mengenali ibu yang pertama bernama Ibu Dewi, sedang yang kedua adalah Ibu Titi. Aku baru mengetahui namanya ketika mereka akan pulang.
Sambil bergegas menurunkan kardus, aku mengucapkan alhamdulillah. Tetapi benakku bertanya, siapakah mereka?
Selesai memasukkan barang, Ibu Dewi yang sedari tadi menunggu kami, menyapaku. “Mas, saya mau numpang shalat Maghrib dulu, ya?”
Aku pun mempersilakan. Rohan ditemani Maka, penata kebersihan Rumah Autis Bekasi yang menyusul membantu kami berdua, kumintai tolong untuk mengantar kedua wanita baik hati itu. Mereka di lantai dua sejenak bermunajat. Sementara aku menikmati nasi goreng dan tahu goreng sumedang. Buka puasa hari itu tak hanya dibarengi kenikmatan setiap suap nasi goreng, tetapi juga curahan syukur atas rezeki tiba-tiba dari Allah melalui perantara kedua ibu tadi.
Majelis Taklim Khairunnisa Tak Berhenti Mengungkapkan Cinta
Senin (7/9) menjelang Isya, Majelis Taklim (MT) Khairunnisa menyampaikan 142 paket (10 kardus + 1 paket spesial) bingkisan lebaran berupa pakaian, al-Qur`an, dan uang kepada keluarga besar Rumah Autis. Paket ‘sepenuh cinta’ dari MT Khairunnisa tersebut diperuntukkan bagi anak-anak autis beserta para guru/ terapis dan relawan yang terlibat aktif dalam barisan empati Rumah Autis di seluruh cabang.
“Apa yang kami lakukan adalah sekadar menjalankan kepedulian kami terhadap dunia sosial, terutama autis. Ini adalah amanah dari saudara kami yang tergabung dalam MT Khairunnisa (83 donatur-terlampir, red.). Ini sudah kami paketkan berdasarkan masing-masing cabang. Ada namanya pula. Jadi nanti tidak perlu lagi repot memilah dan memilih,” terang Ibu Dewi usai diabadikan lewat lensa digital oleh Kepala Divisi PR Khoironi yang juga turut mengawal kegiatan baksos tersebut.
Saking seringnya, kami sampai tidak sempat menghitung berapa kali MT Khairunnisa yang dipimpin Ibu Dewi dan puluhan anggotanya memberikan apresiasi kepada Rumah Autis. Subhanallah. Bagi kami, guratan cinta dan silaturahim yang dipersembahkan MT Khairunnisa terasa sangat membekas dalam perjalanan kami. Ibarat bekal, silaturahim cinta MT Khairunnisa mampu membakar motivasi kami untuk terus berbuat dan berbuat tiada henti. Alhamdulillah.
Terimakasih, MT Khairunnisa!
Kami sungguh mengucapkan rasa syukur kepada Allah dan rasa terimakasih kepada keluarga besar Majelis Taklim Khairunnisa atas kontribusinya berupa materi, doa, dan dukungan empati yang tiada henti. Kami yakin, Allah akan membalas setiap materi, doa, dan dukungan empati tersebut dengan jumlah yang lebih berlimpah-limpah. Amin.
Perbincangan hangat di antara kami, kami akhiri setelah menuntaskan serah terima berkas berita acara penerimaan. Sebelum pulang, kedua sosok ibu baik hati ini meninggalkan pesan dan kesan mendalam bagi kami. “Teruslah meningkatkan kualitas pelayanan. Jagalah terus kepercayaan. Agar kiprah kita semakin besar dan semakin banyak orang yang kita bantu. Kami sangat mencintai anak-anak autis.”
Kami semua juga turut mencintaimu! Sekali lagi, terimakasih. (PR)
***Sebelum pulang, kami tersadar dan memohon maaf belum bisa maksimal dalam membalas pemberian Ibu Dewi dan Ibu Titi. Momentum dadakan ini membuat kami belum bisa melayani lebih baik kedatangan ibu berdua. Maafkan kami jika hanya menitipkan sekadar bekal untuk pelepas dahaga. Maafkan kami. Semoga bermanfaat di perjalanan.
0 komentar:
Posting Komentar