Selasa, 14 April 2009

KHITAN: Sebuah Dilema Bagi Orang Tua ABK

“Abaaaaahhhh.......” itulah suara yang terdengar dari dalam ruangan saat Muhammad Rizky Al-Jufri, siswa Rumah Autis Cabang Depok dikhitan. Rizky yang non-verbal, yang masih belum dapat berbicara, akhirnya dikhitan pada hari minggu 12 April 2009.


Semuanya berawal dari sebuah ketidaksengajaan ketika sang mama, Ibu Rivani, bersama Rizky melewati tempat khitan di daerah Depok, tepatnya di Jalan Sarikaya. Sang mama yang memang telah merencanakan akan mengkhitan anaknya di bulan Mei-Juni bertanya kepada Dokter, “apakah bisa mengkhitan anak saya?”. Setelah memperhatikan kondisi Rizky dokterpun berkata “Bisa, dengan catatan harus dipegangi oleh minimal 4 orang.” Sejenak Ibu Rivani tampak berpikir, memikirkan kondisi anaknya yang autis, yang masih belum memahami hal-hal yang bisa membahayakan dirinya, yang masih belum bisa mengontrol perilakunya, yang masih pipis sembarangan dan masih banyak pertimbangan lainnya termasuk biaya yang harus dikeluarkan.

Di tengah kebimbangan Ibu Rivani Dokter menambahkan, bahwa mengingat kondisinya justru Rizky harus segera di khitan karena semakin besar anak (autis) maka semakin besar pula tenaganya, yang tentunya akan menyebabkan semakin banyak pula orang yang harus dilibatkan ketika anak di khitan sebab tidak ada yang bisa menjamin kondisi Rizky beberapa tahun kemudian akan lebih baik meskipun ia menjalani terapi. Akhirnya dengan mengucap bismillah Ibu Rivani mendaftarkan Rizky untuk di khitan.

Saat dikhitan Rizky terlihat tenang di dalam kondisi hypperactive-nya. Dengan dipenggangi oleh 5 orang Rizky menjalani prosesi khitan dalam waktu kurang dari 10 menit dan setelah selesai Rizky pun langsung berlari sbagaimana biasanya dan terlihat seperti tidak terjadi apa-apa. Memang seperti yang kita ketahui bahwa anak berkebutuhan khusus memiliki kelebihan dimana mereka dianugerahi oleh Yang Maha Kuasa fisik yang kuat dan tahan terhadap rasa sakit, dan bersyukurlah bahwa metode khitan saat ini telah mengalami kemajuan yang cukup pesat sehingga khitan bisa dilakukan dengan metode laser yang tidak perlu meneteskan darah sang anak.

Selamat untuk Ibu Rivani yang telah memberanikan diri untuk mengambil resiko besar untuk mengkhitan anaknya dengan pertimbangan demi kebaikan Rizky disamping dalam rangka menjalankan kewajiban sebagai seorang muslim. Semoga Allah senantiasa memberikan segala kebaikan bagi keluarga keluarga Ibu Rivani dan juga semoga Rizky cepat sembuh dan dapat segera datang kembali ke Rumah Autis Depok.



Penulis: Banu Winarso (Manajer Rumah Autis Depok)


yckk0409

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Untuk di daerah tangsel (graha raya) apakah ada? Lokasinya dimana? Tks

 
© free template by Blogspot tutorial